Mutiara Kata:

"Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan bahagianmu dari dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dan janganlah engkau melakukan kerosakan di muka bumi sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerosakan." (QS Al-Qasas: 77)


09 Disember 2009

HAK ANAK TERHADAP IBUBAPA


Abul Laits As-Samarqandi meriwayatkan dengan sanadnya daripada Abu Hurairah r.a. berkata Nabi Muhammad SAW bersabda: "Hak anak yang harus dilaksanakan oleh ibu bapa ada tiga iaitu: Memilihkan nama yang baik ketika lahir; Mengajari kitab Allah SWT (Memberi didikan agama); Harus dikahwinkan jika telah dewasa."
.
Seorang datang kepada Saidina Umar r.a. lalu berkata: "Puteraku ini durhaka kepadaku." Maka Umar r.a. berkata kepada anak lelaki itu: "Apakah kau tidak takut kepada Allah SWT? Engkau telah berbuat durhaka terhadap ayahmu, engkau tahu kewajipan anak untuk orang tuanya ......(begini dan begitu)." Lalu anak itu bertanya: "Ya Amirul Mukminin, apakah anak itu tidak berhak terhadap ayahnya?" Jawab Umar: "Ada hak yakni harus memilihkan ibu yang bangsawan, jangan sampai tercela kerana ibunya, harus memberi nama yang baik, harus mengajari kitab Allah SWT." Maka berkata anak itu: "Demi Allah, dia tidak memilihkan untukku ibuku, dia membeli budak wanita dengan harga 400 dirham dan itu ibuku, dia tidak memberi nama yang baik untukku, saya dinamai kelawar jantan dan saya tidak diajari kitab Allah SWT walau satu ayat." Maka Umar r.a. menoleh kepada ayahnya dan berkata: "Engkau telah durhaka kepada anakmu sebelum ia durhaka kepadamu. Pergilah engkau dari sini!"
.
Abul Laits berkata: "Saya telah mendengar ayahku bercerita dari Abu Hafsh Alyaskandi seorang ulama di Samarqand ketika didatangi oleh seorang yang mengeluh kerana dipukul oleh anaknya hingga sakit. Abu Hafsh berkata: "SubhanAllah, apakah ada anak yang memukul ayahnya?" Jawab lelaki itu: "Benar, saya dipukul hingga sakit." Lalu ditanya: "Apakah kau tidak mendidik anakmu dengan adab dan sopan?" Jawab lelaki itu: "Tidak." "Apakah sudah diajari Al-Quran?" ditanya lagi. Jawab lelaki itu: "Tidak." "Lalu apakah pekerjaan anak mu itu?" "Anakku itu bertani," jawab lelaki itu. Abi Hafsh berkata: "Engkau tahu mengapakah dia memukul engkau?" Jawabnya: "Tidak." Abu Hafsh berkata: "Mungkin ketika ia sedang di atas himar menuju ke sawah ladang menyanyi dan bersiul sedang di kanan kirinya kerbau dan lembu dan di belakangnya anjing, tiba-tiba engkau menegur padanya, kerana ia mengira engkau itu lembu sedang mengganggu maka ia memukul engkau, sungguh beruntung dan ucapkan Alhamdulillah kerana ia tidak memukul kepalamu."
.
Tsabit Al-Bunani berkata: "Ada seorang memukul ayahnya di suatu tempat dan ketika anak itu ditegur orang-orang: "Mengapakah sedemikian?" Jawab ayahnya: "Biarlah ia kerana saya dahulu telah memukul ayahku di tempat ini, maka kini aku dibalas anakku memukul aku di tempat ini, semoga ini menjadi tebusan itu dan ia tidak dapat disalahkan."
.
Ahli Hikmah berkata: "Siapa durhaka terhadap kedua ibu bapanya, maka tidak terasa kesenangan dari anaknya. Dan siapa tidak bermesyuarat dalam urusan-urusannya tidak tercapai hajatnya dan siapa yang tidak mengalah kepada keluarganya (isterinya) maka akan hilang kesenangan hidupnya."

Asysya'bi meriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW bersabda: "Allah akan merahmati kepada ayah yang membantu anaknya untuk berbakti taat kepadanya, yakni tidak menyuruh sesuatu yang dikhuatiri anak itu tidak dapat melaksanakannya."
.
Al-Fudhail bin Iyadh berkata: "Orang yang sempurna kemanusiaannya iaitu yang taat kepada kedua ayah ibunya, dan menghubungi kerabatnya dan hormat pada kawan-kawannya dan baik budinya kepada keluarga dan anak-anaknya serta pelayan-pelayannya dan menjaga agamanya dan memperbaiki harta kekayaannya dan menyedekahkan kelebihan hartanya dan memelihara lidahnya dan tetap tinggal di rumahnya (yakni tekun dalam ibadat kepada Tuhannya) dan amal pekerjaannya dan tidak berkumpul dengan orang-orang yang suka membicarakan hal orang lain."
.
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Empat macam sebagai syarat kebahagiaan seseorang iaitu jika isterinya solehah, anak-anaknya taat, kawan-kawannya orang-orang yang soleh dan penghasilan rezekinya di dalam negerinya."
.
Yazid Arraqqasyi meriwayatkan dari Anas r.a. berkata: "Tujuh macam yang dapat diterima pahala sampai sesudah matinya iaitu: Siapa yang membangunkan masjid maka tetap mendapat pahalanya selama ada orang sembahyang di dalamnya; Siapa yang mengalirkan air sungai, selama ada yang minum daripadanya; Siapa yang menulis mushaf, ia mendapat pahala selama ada orang yang membacanya; Orang yang menggali perigi, selama masih ada orang menggunakan airnya; Siapa yang menanam tanaman, selama dimakan oleh orang atau burung; Siapa yang mengajar ilmu yang berguna, selama dikerjakan oleh orang yang mempelajarinya; Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang mendoakan dan membaca istighfar baginya, yakni jika mendapat anak lalu diajari ilmu dan Al-Quran, maka ayahnya akan mendapat pahalanya selama anak itu melakukan ajaran-ajarannya tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri, sebaliknya jika dibiasakan berbuat maksiat, fasik maka ia mendapat dosanya tanpa mengurangi dosa orang yang berbuat sendiri."

Sebagaimana riwayat Abu Hurairah r.a. berkata: "Nabi Muhammad SAW bersabda: "Jika telah mati anak Adam, maka terhenti amalnya kecuali tiga macam iaitu Sedekah yang berjalan terus; Ilmu yang berguna dan diamalkan; Anak yang soleh yang mendoakan kebaikan baginya."

Wallahua'lam.
.

Tiada ulasan: