Mutiara Kata:

"Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan bahagianmu dari dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dan janganlah engkau melakukan kerosakan di muka bumi sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerosakan." (QS Al-Qasas: 77)


06 Oktober 2012

MAQAM SIDDIQIN



MUKADIMAH
Sayyidina Abu Bakar RA merupakan seorang sahabat Rasulullah SAW yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan para sahabat yang lain. Imam al-Baihaqi meriwayatkan dalam Syu’ab Iman dari Sayyidina Umar bin Khattab RA: “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat, maka akan lebih berat keimanan Abu Bakar.” (Syu’abul Iman, bab al-Qaul fi ziyadatil Iman wa Naqshanih; I/69)

Bahkan Rasulullah SAW sendiri juga pernah memuji keislaman Abu Bakar, sebagaimana yang dikutip oleh Ibnu Katsir dalam kitab al-Bidayah wa al-Nihayah: “Tiada aku mengajak seorang masuk Islam, tanpa ada hambatan, keraguan, tanpa mengemukakan pandangan dan alasan, kecuali Abu Bakar. Ketika aku menyampaikan ajakan tersebut, dia langsung menerimanya tanpa keraguan sedikitpun.”

Kemuncaknya ialah pada kejadian Isra’ dan Mikraj, ketika seluruh manusia meragui kata-kata Rasulullah SAW. Namun Abu Bakar membenarkan kejadian tersebut. Al-Hakim meriwayatkan: “Pagi hari pada setelah peristiwa isra’ mikraj kaum musyrikin mendatangi Abu Bakar seraya mengatakan: “Apakah kamu mempercayai sahabatmu (iaitu Rasulullah SAW) yang mengira bahawa dia telah melakukan perjalanan ke Baitul Maqdis malam tadi?” Abu Bakar bertanya kembali: “Apa benar Muhammad mengatakan hal tersebut?” Mereka menjawab: “Benar!”. Lalu Abu Bakar berkata: “Sungguh apa yang dikatakannya itu benar. Dan aku akan membenarkannya juga, jika ia mengatakan lebih dari itu…” (HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrak).

Oleh kerana itulah Abu Bakar diberi gelaran ‘As-Siddiq’. Gelaran As-Siddiq ini merupakan pemberian dari Allah SWT melalui lisan Rasulullah SAW, sebagaimana yang dikatakan oleh Sayyidina Ali bin Abi Talib RA. Dan jadilah sifat siddiq ini menjadi khas dimiliki oleh Abu Bakar, sebelum dimiliki oleh sahabat-sahabat yang lain. Hal ini menunjukkan ketinggian sifat siddiq di sisi Allah SWT.

PENGERTIAN SIDDIQ
Dari segi bahasa, siddiq berasal dari kata ‘shadaqa’ yang memiliki beberapa erti yang satu sama lain saling melengkapi. Berlawanan dengan siddiq adalah kadzib (dusta). Di antara erti siddiq adalah benar, jujur / boleh dipercayai, ikhlas, tulus, keutamaan, kebaikan, dan kesungguhan. Namun siddiq di sini lebih menjurus kepada sebuah sikap membenarkan sesuatu yang datang dari Allah SWT dan Rasulullah SAW yang timbul dari rasa dan naluri keimanan yang mendalam.

SIDDIQ ADALAH TERAS KEBAIKAN
Siddiq merupakan hakikat kebaikan yang memiliki dimensi yang luas, kerana ianya mencakupi segenap aspek keislaman. Hal ini tergambar dalam firman Allah SWT: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan solat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya (yakni bersifat siddiq); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 177)

Ayat ini digambarkan dimensi yang dicakupi oleh siddiq iaitu meliputi keimanan, menginfakkan harta yang dicintai, mendirikan solat, menunaikan zakat, menepati janji, bersabar dalam kesulitan, dsb. Oleh kerana itulah, dalam ayat lain, Allah SWT memerintahkan kita untuk sentiasa bersama-sama para siddiqin: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (siddiq).” (QS At-Taubah: 119)

HADIS-HADIS TENTANG SIFAT SIDDIQ
Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menyebutkan 6 hadis dalam bab siddiq. Dari 6 hadis tersebut dapat disimpulkan hal-hal berikut:

1. Bahawa siddiq itu memimpin seseorang menuju kebaikan, dan kebaikan akan membawanya ke syurga. Hal ini digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadis berikut: “Dari Ibnu Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya siddiq itu memimpin kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan membawanya ke dalam syurga…

2. Sementara itu lawan dari siddiq, iaitu kadzib merupakan sumber dari keburukan: “Dan sesungguhnya kedustaan itu membawa kepada keburukan, dan keburukan itu membawa kepada api neraka.”

3. Siddiq merupakan ketenangan. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW: Dari Abu Haura' As-Sa'dy, aku berkata kepada Hasan bin Ali RA: “Apa yang kamu hafal dari hadis Rasulullah SAW?” Beliau berkata: “Aku hafal hadis dari Rasulullah SAW: “Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kebenaran membawa pada ketenangan dan dusta itu membawa pada keraguan.” (HR Tirmidzi)

4. Siddiq merupakan perintah Rasulullah SAW. Hal ini dikatakan oleh Abu Sufyan ketika bertemu dengan raja Hiraklius: “Apa yang dia perintahkan pada kalian?” Abu Sufyan menjawab: “Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, meninggalkan semua ajaran nenek moyang, mendirikan solat, bersikap siddiq (jujur/benar), bersopan santun dan menyambung tali persaudaraan.”

5. Dengan siddiq seseorang akan mendapatkan pahala sesuatu yang dicita-citakannya, walaupun ia belum atau tidak dapat melakukan sesuatu yang menjadi cita-citanya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang meminta kesyahidan kepada Allah SWT dengan siddiq (sebenar-benarnya), maka Allah akan menempatkannya pada posisi syuhada’, walaupun ia meninggal di tempat tidurnya.”

6. Siddiq akan membawa seseorang pada keberkahan dari Allah SWT. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Penjual dan pembeli keduanya bebas belum terikat selagi mereka belum berpisah. Maka jika benar dan jelas kedua, diberkahi jual beli itu. Tetapi jika menyembunyikan dan berdusta maka terhapuslah berkah jual beli tersebut.”

Para siddiqin akan mendapat keampunan dan pahala yang besar. Dalam Al-Quran, Allah SWT memuji orang yang siddiq, baik dari kaum mukminin mahupun mukminat. Bahkan Allah SWT menjanjikan kepada mereka mendapatkan ampunan dan pahala yang besar melalui firmanNya: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al-Ahzab: 35)

KEDUDUKAN ORANG YANG MEMILIKI SIFAT SIDDIQ
Selain mendapat keampunan dan pahala yang besar, para siddiqin juga akan mendapat tempat yang tinggi di sisi Allah SWT. Mereka akan disatukan bersama para nabi dan orang-orang yang mati syahid, serta orang-orang soleh. Allah berfirman: “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, iaitu: Nabi-nabi, para siddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang soleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An-Nisa’: 69)

SIDDIQ ADALAH SIFAT PARA NABI
Dalam Al-Quran, Allah SWT menyebutkan tiga orang RasulNya yang memiliki sifat siddiq ini. Yang pertama adalah Nabi Ibrahim AS. Allah memujinya kerana memiliki sifat ini: “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Quran) ini. Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi.” (QS Maryam: 41)

RasulNya yang kedua adalah Nabi Idris AS. Allah juga memujinya dalam Al-Quran kerana memiliki sifat siddiq. Allah berfirman: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi.” (QS Maryam: 56)

Manakala rasulNya yang ketiga ialah Nabi Yusuf AS. Beliau membuktikan keimanannya dengan menolak ajakan Zulaikha untuk berzina, meskipun disertai dengan ancaman. FirmanNya: “Raja berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?" Mereka berkata: Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan daripadanya. Berkata isteri Al-Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar." (QS Yusuf: 51)

CIRI-CIRI ORANG YANG BERSIFAT SIDDIQ
Orang-orang yang siddiq memiliki beberapa ciri, di antara ciri-ciri mereka yang Allah gambarkan dalam Al-Quran ialah:

1. Teguh pendiriannya terhadap apa yang dicita-citakan (diyakininya). Firman Allah SWT: “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati (membenarkan) apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya).” (QS Al-Ahzab: 23)

2. Tidak ragu untuk berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS Al-Hujurat: 15)

3. Memiliki keimanan kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, bersedekah, mendirikan solat, menunaikan zakat, menepati janji dan sabar. FirmanNya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan solat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 177)

4. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap Islam. Firman Allah SWT: “…barang siapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, maka sungguh dia telah mendapatkan hidayah menuju jalan yang lurus…” (QS Ali Imran: 101)

Wallahu A’lam.